Konglomerasi Media dan LGBT
Mengingat bahwa media adalah industri,
pengelola media menyusun konten berdasarkan prioritas isu dan mengundang
perhatian masyarakat agar profit bertambah. Bagi isu yang mengundang
kontroversi seperti isu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender), media menempatkan
isu tersebut sebagai prioritas dan terkadang terjadi “perang konten” antar
media.
Awak media berlomba-lomba mendapatkan informasi lebih cepat dari pada
media yang lain dan konten yang disajikan berkelajutan mengikuti perkembangan
kasus yang diangkat. Sebagai contoh, pada hari Minggu tanggal 22 Mei 2017,
Polres Jakarta Utara menggerebek pesta gay “The Wild One” di sebuah ruko yang
terletak di Kelapa Gading.
Dapat dilihat dari screenshot news Google berikut yang diambil pada hari Jumat, 2 Juni 2017, terdapat puluhan berita dari berbagai media online yang membahas penggerebekan pesta gay “The Wild One”. Bahkan, dalam satu hari, satu media dapat mempublikasikan berita pesta gay tersebut beberapa kali. Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya bergama, isu LGBT dapat dikatakan “laku” karena LGBT masih merupakan hal yang taboo atau menyimpang dari norma sosial.
Dapat dilihat dari screenshot news Google berikut yang diambil pada hari Jumat, 2 Juni 2017, terdapat puluhan berita dari berbagai media online yang membahas penggerebekan pesta gay “The Wild One”. Bahkan, dalam satu hari, satu media dapat mempublikasikan berita pesta gay tersebut beberapa kali. Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya bergama, isu LGBT dapat dikatakan “laku” karena LGBT masih merupakan hal yang taboo atau menyimpang dari norma sosial.
Comments
Post a Comment