Teori Komunikasi Massa Klasik dan Kritis

Teori Komunikasi Massa Klasik dan Kritis




Teori Peluru / Teori Jarum

Teori Peluru atau teori jarum mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Seorang komunikator dapat menambahkan peluru komunikasi yang dapat mempengaruhi khalayak yang tidak berdaya. Teori ini dapat dikatakan sebagai komunikasi satu tahap, karena pesan yang disampaikan melalui media massa langsung ditunjukan kepada komunikas tanpa melalui perantara.

Teori Kultivasi

Teori ini bertujuan untuk memaparkan efek media yang bersifat individu dan untuk meyakinkan khalayak tentang efek-efek tersebut. Teori kultivasi membentuk persepsi, pemahaman jangka panjang sebagai hasil dari mengkonsumsi isi dari media. Menurut teori ini, media televisi merupakan media yang paling tepat untuk mempelajari kultur di lingkungannya. Televisi merupakan media yang unik, media ini menyajikan informasi secara audio dan visual segingga memudahkan khalayak untuk memahami informasi yang disampaikan. Televisi membangun cara bagi manusia dalam berpikir sehingga mempengaruhi bagaimana orang tersebut dalam berhubungan dengan orang lain.

Kaitannya dengan Representasi Perempuan dan LGBT

Terkait dengan representasi perempuan dan LGBT di Indonesia, media merepresentasikan mereka tidak berdasarkan pemahaman tentang gender yang tepat sehingga masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk meninjau lebih lanjut akan terpengaruh. Ditambah lagi, rendahnya jumlah masyarakat terpelajar Indonesia menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh media, terutama yang berada di desa atau pinggiran. Mereka tidak memiliki akses yang memadai untuk mencari tahu tentang konsep gender lebih lanjut dan ibarat di"suntikkan" pemahaman yang kurang tepat oleh media.

Media merepresentasikan perempuan sebagai orang yang memiliki karakter feminin. Sebagian merepresentasikan mereka sebagai penggoda dan sebagian lain merepresentasikan mereka sebagai pekerja domestik sekaligus publik (double burden), berikut dua contohnya:



Sedangkan untuk LGBT, media memanfaatkan stereotip penampilan mereka (misalnya laki-laki yang memakai pakaian perempuan) sebagai hiburan dan bahan olok-olokan. Padahal, kondisi yang sebenarnya lebih rumit dari pada yang direpresentasikan oleh media. Pada contoh di bawah, banci direpresentasikan sebagai orang yang melakukan tindakan kriminal:


Jika representasi ini ditayangkan berulang-ulang dan ditonton oleh khalayak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, akan terbentuk persepsi seperti pada Analisis Kultivasi. Penonton mungkin tidak akan menjadi banci, tetapi pandangan mereka terhadap banci akan terpengaruh oleh yang direpresentasikan oleh media.


Sumber: Teori, T. (2015, Maret 3). Penjelasan Tentang Teori Kultivasi Media Massa Televisi. tukangteori.com. Diambil dari http://tukangteori.com/2015/03/penjelasan-tentang-teori-kultivasi-media-massa-televisi.html

Comments

Popular posts from this blog

Ide-Ide Tentang Representasi