Representasi Ras

Representasi ras oleh media dapat menjadi cikal bakal munculnya rasisme. Representasi adalah ungkapan wacana-wacana yang memberikan makna terhadap ide tentang ras (dan rasisme).
Representasi media terhadap ras dapat memunculkan adanya stereotip terhadap ras tertentu. Stereotip inilah yang akhirnya memunculkan rasisme. Sebagai contoh, media dapat menjajakan gagasan-gagasan tentang pria kulit hitam sebagai pengedar narkoba atau perempuan berkulit hitam sebagai perempuan tunasusila. Hal ini dapat membentuk stereotip sebagai suatu deskripsi yang menetapkan standar ‘semua orang tahu itu’ atau standar yang ‘normal’ itu seperti apa. 


Hal tersebut juga berlaku pada perempuan, karena media sering menayangkan citra perempuan dengan rambut halus dan panjang, bentuk hidung yang mancung, tubuh yang kurus, tinggi, dan langsing, bibir yang tipis, serta kulit yang putih bersih, membentuk stereotip tentang bagaimana perempuan yang 'normal' dan yang seharusnya itu seperti apa. Sehingga ciri-ciri yang disebutkan di atas tadi seolah-olah menjadi sebuah standar mutlak bagi perempuan. Sedangkan bagi mereka yang tidak, mereka akan merasa malu. 
Sebagai contoh, pada iklan body lotion dibawah ini, yang menunjukkan adanya perbandingan antara kulit gelap dan terang. Hal ini seolah-olah mengatakan bahwa kulit gelap, hitam, atau cokelat, lebih jelek dibandingkan dengan kulit cerah atau putih. Sehingga banyak khalayak (khususnya perempuan) berlomba-lomba untuk mendapatkan kulit cerah agar sesuai dengan standar normal yang dibentuk oleh iklan.


Hal ini mengakibatkan bagi mereka yang memiliki kulit gelap akan dicemooh dan tidak dianggap cantik. Mereka kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang tidak benar karena kulit gelapnya.


Sumber:
Burton, Graeme. (1999). Media dan budaya populer. Yogyakarta: Jalasutra.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Komunikasi Massa Klasik dan Kritis

Ide-Ide Tentang Representasi